[ad_1]
MAJALENGKA, TINTAHIJAU.COM – Anggota Fraksi PKS DPR RI, Ateng Sutisna, menyampaikan keprihatinan mendalam terkait lonjakan kasus HIV/AIDS di kalangan remaja di Kabupaten Majalengka.
Dikutip dari laman fraksi PKS, berdasarkan data dari Dinas Kesehatan, sepanjang tahun 2025 tercatat lebih dari 800 kasus HIV, mayoritas menimpa kelompok usia produktif 15–24 tahun.
“Ini bukan sekadar angka, melainkan alarm keras bahwa pendidikan karakter dan moral kita sedang menghadapi ujian serius,” ujar Ateng, legislator dari Daerah Pemilihan Jawa Barat IX (Sumedang, Majalengka, Subang), Sabtu (25/5).
Ia menyoroti lemahnya penginternalisasian nilai-nilai lokal, seperti filosofi pendidikan Asah, Asih, Asuh yang selama ini menjadi jati diri masyarakat Sunda. Menurutnya, nilai-nilai tersebut belum benar-benar membumi dalam kehidupan generasi muda saat ini.
Lebih lanjut, Ateng menilai penyebaran HIV/AIDS di kalangan remaja erat kaitannya dengan perilaku seksual berisiko dan minimnya edukasi mengenai kesehatan reproduksi. Ia mengkritisi sistem pendidikan yang dinilainya terlalu formalistik dan kurang menyentuh aspek pembentukan karakter.
“Remaja kita tidak hanya butuh teori. Mereka butuh keteladanan, pemahaman agama, dan pelatihan nilai tanggung jawab sosial sejak dini,” tegasnya.
Ia juga mendorong Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) untuk lebih aktif menangani isu moralitas dan perilaku berisiko pada anak dan remaja.
“KPAI jangan hanya fokus pada kekerasan fisik terhadap anak. Ancaman kerusakan moral juga harus menjadi perhatian utama,” imbuhnya.
Untuk menanggulangi persoalan ini, Ateng mendesak Pemerintah Kabupaten Majalengka, khususnya Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan, agar menjalin sinergi dengan tokoh masyarakat, organisasi kemasyarakatan, dan lembaga pendidikan. Tujuannya adalah memperluas literasi tentang hidup sehat, pendidikan seksualitas yang berlandaskan nilai moral, serta membentuk pusat konseling dan layanan pemulihan sosial bagi remaja yang terinfeksi.
“Kita tidak boleh mengucilkan mereka yang terinfeksi. Sebaliknya, kita harus hadir untuk mendampingi dan memulihkan masa depan mereka,” ucap Ateng.
Menutup pernyataannya, ia menegaskan pentingnya reformasi sistem pendidikan yang berpijak pada nilai-nilai luhur bangsa, dengan menjadikan sekolah sebagai tempat pembinaan akhlak, bukan sekadar rutinitas belajar.
“Jangan biarkan sekolah hanya jadi tempat 3D: Datang, Duduk, Diam. Jadikan sekolah ruang tumbuhnya karakter, kepedulian, dan masa depan,” pungkasnya.
[ad_2]
Lifestyle
Berita Olahraga
Anime Batch
News
Pelajaran Sekolah
Berita Terkini
Berita Terkini